Pencarian Informasi Didalam Blog

13.5.08

BIOPORI Sebagai Alternatif Media Peresapan Air

Lubang BIOPORI ditaman suropati (kompas 10 mei 2008).


JAKARTA, SABTU - Ancaman banjir di Jakarta akibat kurangnya lahan resapan air hujan tidak bisa disepelekan. Sudah saatnya setiap warga memikirkan upaya sekecil apa pun untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya banjir. Salah satu upaya sederhana dan ramah lingkungan itu adalah melalui pembuatan lubang resapan biopori.

Kampanye ini coba digalakkan Green Radio dan Jakarta Green Monster dengan menyelenggarakan pelatihan dan pembuatan 100 lubang biopori di Taman Suropati, Jakarta Pusat, Sabtu (9/5). Acara yang mendapat dukungan penuh dari Caring Community Jakarta, Mal Ciputra, dan Pemerintah Kota Jakarta Pusat ini mengajak warga Kelurahan Menteng, Jakarta Pusat, mampu membuat sendiri lubang resapan biopori.

Hadir pada acara tersebut istri Gubernur Provinsi DKI Jakarta Sri Hartati Fauzi Bowo yang juga menjabat Ketua Caring Community Jakarta, dan Wali Kota Jakarta Pusat Silviana Murni. Dalam sambutannya, Silviana mengatakan, acara pelatihan dan pembuatan lubang tersebut merupakan bentuk gerakan menyelamatkan lingkungan hidup. "Ini gerakan moral untuk peduli terhadap lingkungan hidup," ujarnya. Pada kesempatan tersebut, Silviana juga berharap agar lubang-lubang biopori yang dibuat tidak sekadar seremonial. Upaya ini harus ditindaklanjuti dengan menaruh sampah-sampah organik pada lubang silinder dengan kedalaman 100 cm agar bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kompos.

Pemilihan Taman Suropati sebagai salah satu lokasi percontohan dimaksudkan agar masyarakat bisa melihat dan penasaran untuk melakukan hal yang sama. "Ini kan domain publik. Diharapkan masyarakat yang melihat kegiatan ini bisa berpartisipasi dengan membuat lubang biopori pada masing-masing rumah," ujar Silviana.

BIKIN lobang BIOPORI yuk!

Lubang resapan biopori merupakan teknologi tepat guna untuk mengurangi genangan air dan sampah organik serta konservasi air bawah tanah. Untuk setiap 100 m2 lahan idealnya Lubang Resapan Biopori (LRB) dibuat sebanyak 30 titik dengan jarak antara 0,5 - 1 m. Dengan kedalam 100 cm dan diameter 10 cm setiap lubang bisa menampung 7,8 liter sampah. Sampah dapur dapat menjadi kompos dalam jangka waktu 15-30 hari, sementara sampah kebun berupa daun dan ranting bisa menjadi kompos dalam waktu 2-3 bulan.

Ternyata membuat lubang resapan biopori itu sangat mudah.

1. Dengan sebuah bor LRB kita bisa membuat lubang, untuk memudahkan pembuatan lubang bisa dibantu diberi air agar tanah lebih gembur.

2. Alat bor dimasukkan dan setelah penuh tanah (kurang lebih 10 cm kedalaman tanah) diangkat, untuk dikeluarkan tanahnya, lalu kembali lagi memperdalam lubang tersebut sampai sebelum muka air tanah (30 cm sampai dengan 100 cm).

3. LRB dalam alur lurus berjarak 0,5 - 1 m, sementara untuk LRB pohon cukup dibuat 3 lubang dengan posisi segitiga sama sisi.

4. Pada bibir lubang dilakukan pengerasan dengan semen, pada acara kemarin semen digantikan dengan potongan pendek pralon. Hal ini untuk mencegah terjadinya erosi tanah.

5. Kemudian di bagian atas diberi pengaman besi supaya tidak terperosok ke dalam lubang.

6. Masukkan sampah organik (sisa dapur, sampah kebun/taman) ke dalam LRB. Jangan memasukkan sampah anorganik (seperti besi, plastic, baterai. Stereofoam,dll)!

7. Bila sampah tidak banyak cukup diletakkan di mulut lubang, tapi bila sampah cukup banyak bisa dibantu dimasukkan dengan tongkat tumpul, tetapi tidak boleh terlalu padat karena akan mengganggu proses peresapan air ke samping.


Pemeliharaan LRB:

1. Lubang Resapan Biopori harus selalu terisi sampah organik

2. Sampah organik dapur bisa diambil sebagai kompos setelah dua minggu, sementara sampah kebun setelah dua bulan. Lama pembuatan kompos juga tergantung jenis tanah tempat pembuatan LRB, tanah lempung agak lebih lama proses kehancurannya. Pengambilan dilakukan dengan alat bor LRB.

3. Bila tidak diambil maka kompos akan terserap oleh tanah, LBR harus tetap dipantau supaya terisi sampah organik.